Kamis, 17 Mei 2012

KETAHANAN NASIONAL DI BIDANG EKONOMI

A. KONDISI RIIL PEREKONOMIAN INDONESIA Deputi Bank Indonesia Halim Alamsyah menjelaskan, ekonomi Indonesia tahun 2011 tumbuh mencapai 6,5% lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 6,2% . Solidnya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia itu didukung tingginya kontribusi konsumsi rumah tangga sebesar 55%, diikuti investasi 32%. Pada triwulan I tahun 2012, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh mencapai 6,5% . Dengan kondisi ini, PDB Indonesia tahun 2012 diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan yang tinggi, mencapai kisaran 6,3 – 6,7%, meskipun kondisi perekonomian global penuh ketidakpastian. Perkembangan inflasi relatif terjaga. Sepanjang tahun 2011, inflasi berhasil dijaga pada kisaran 3,79% . Sedangkan Inflasi pada triwulan 1 tahun 2012 relatif masih terjaga pada kisaran 3,9%, sedikit mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya ekspektasi pelaku ekonomi karena adanya rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Tingginya pertumbuhan ekonomi nasional juga, tidak terlepas dari kontribusi UMKM yang secara nasional jumlahnya mencapai lebih dari 53 juta unit usaha. Jumlah ini terus meningkat dengan laju peningkatan rata-rata 2,6% per tahun sejak tahun 2006. Tingginya jumlah UMKM ini juga berhasil menyerap tenaga kerja secara nasional hingga lebih dari 99 juta orang, dengan laju peningkatan rata-rata mencapai 3,1% per tahun. Sedangkan dari segi kredit, tingkat pemberian kredit sektor perbankan kepada UMKM, nilainya mencapai lebih dari 20% dari total outstanding kredit perbankan nasional yang jumlahnya mencapai lebih dari Rp2.200 triliun. LDR nasional masih berada pada kisaran 79%, sehingga ruang untuk memberikan kredit kepada sektor UMKM masih cukup lebar. Pertumbuhan Ekonomi Mengutip Opini Ahmad Erani Yustika dalam Jawa Pos Selasa, 27 Desember 2011 tersebut mengatakan pemerintah dan lembaga multilateral mungkin mempunyai pandangan sederhana, rasio ekspor nasional terhadap PBD tidak terlalu besar (sekitar 28 % saja) sehingga dampak krisis global lewat jalur perdagangan tidak akan menimbulkan banyak guncangan ekonomi. Pemerintah masih bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi dari sumber lain, yakni pengeluaran pemerintah (APBN), konsumsi domestik (rumah tangga), dan investasi. Namun, langkah pemerintah tidak mungkin semudah membalik telapak tangannya. Sekarang ini masih banyak rakyat Indonesia yang terlantar dan tidak terurus, ditambah lagi semakin kecilnya minat masyarakat untuk datang ke pasar tradisional karena menjamurnya supermarket yang mulai masuk ke daerah-daerah. Secara tidak langsung pasar-pasar modern sudah mengancam eksistensi pasar tradisonal. Apa yang ditakutkan dari menjamurnya supermarket saat ini?. Ketakutannya adalah matinya pasar tradisional dan meningkatnya pengangguran. Sekarang bisa dibayangkan saja berapa banyak pekerja yang ada di pasar-pasar  tradisional dan sejumlah orang yang akan kehilangan lapangan pekerjaan, Padahal pasar tradisional juga ikut berperan dalam mengerakkan ekonomi Indonesia. Kenerja Pemerintah Belum Maksimal Sebelum mengatakan perekonomian Indonesia akan cerah pada tahun 2012 pemerintah sebaiknya melihat kembali bagaimana kinerja mereka. Misalnya dalam hal kemiskinan absolut turun (tapi jumlah penduduk miskin dan hampir miskin bertambah), pengganguran menurun namun proporsi pekerja sektor informal terus bertambah, dan ketimpangan pendapatan semakin menganga (Pada 2010 ratio mencapai 0,38, rekor tertinggi dalam periode modernisasi ekonomi Indonesia). Dari data di atas pemerintah harus cermat membenahi sisi-sisi itu. Bagaimana caranya supaya beberapa hal yang masih menjadi kelemahan itu tertutup. Seperti masalah pengangguran yang belum maksimal dalam penanganannya. Ada beberapa cara untuk pemerintah mengurangi pengangguran di Indonesia. Pemerintah bisa cermat melihat program-program perusahaan yang bergerak di bidang kewirausahaan. Jika pemerintah bisa memanfaatkan perusahaan ini dengan baik otomatis pemerintah tidak perlu repot-repot mengeluarkan banyak modal untuk membuat program terkait. Meskipun pemerintah mengklaim bahwa ekonomi kita sekarang ini sudah menuju modernisasi, sebenarnya dalam banyak hal ekonomi nasional masih primitif. Kegiatan ekonomi (ekspor misalnya) banyak bertumpu pada komoditas bahan mentah sehingga tidak hanya kehilangan kesempatan menciptakan nilai tambah, tetapi juga kesulitan menciptakan lapangan kerja. Kasus kelapa sawit misalnya kurang lebih hanya diolah untuk membuat 40 jenis komoditas olahan. Padahal, Malaysia sudah mencapai seratus jenis. Itu juga terjadi pada kasus di subsektor perikanan, pertanian, kehutanan, pertambangan, dan lain sebagainya. Seandainya strategi hilirisasi komoditas bahan mentah tersebut dilakukan secara eksesif melalui pembentukan “Pohom Industri”, sebagian besar masalah ekonomi akan terselesaikan. Jika tiga hal itu saja mulai dicicil tahun depan, yakinlah bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah isu yang penting lagi. B. ANCAMAN BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA Perekonomian Indonesia pada 2012 masih dibayangi ketidakpastian global, terutama yang bersumber dari masalah utang dan defisit anggaran negara-negara di Uni Eropa. Namun, di tengah gejolak tersebut, ekonomi dunia masih memberikan kabar positif. Faktor positif tersebut di antaranya perbaikan ekonomi AS, yaitu berkurangnya risiko ekonomi akibat pelaksanaan pemilihan presiden AS pada November 2012. Hal lain adalah suntikan modal Bank Sentral Uni Eropa pada tahap I senilai 489 miliar euro. Sementara itu, suntikan modal tahap II akan dilakukan pada Februari 2012 dengan total dana mencapai satu triliun euro. Sementara itu, dari sisi negatif ekonomi global, masih ada potensi ketidakstabilan nilai tukar euro yang cenderung menuju bubarnya mata uang tunggal tersebut. Hal itu bisa ditandai dengan permintaan dolar AS yang semakin meningkat. Kawasan Eropa juga masih dihantui dengan adanya potensi resesi, karena kebijakan fiskal yang sangat ketat. Tak hanya dari luar negeri, Indonesia harus menghadapi kemungkinan tantangan ekonomi domestik yang harus dikelola secara baik. Tantanggan tersebut di antaranya pasar domestik yang kuat dengan dukungan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa. Demografi penduduk Indonesia juga dianggap memiliki struktur yang baik dengan stabilitas politik dianggap menguntungkan. Masih teringat jelas, sepanjang tahun 2011, isu krisis utang dan defisit anggaran akut di Yunani membuat goncangan-goncangan ekonomi terutama di pasar keuangan global, termasuk di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan oleh negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa (UE), dan khususnya 15 negara pengguna mata uang euro, ternyata tidak berhasil mengembalikan keyakinan investor, bahkan pesimisme menguat bahwa krisis UE akan memakan waktu yangg lama. UE menghadapi problem fiskal yang berat dengan defisit anggaran rata-rata tercatat 6,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan rasio utang terhadap PDB sebesar 80 persen. Tidak hanya UE dijerat oleh krisis fiskal, problem anggaran di Amerika Serikat (AS) juga sangat akut. Dengan defisit anggaran sebesar 1,3 triliun dollar AS atau sekitar 8,6 persen dari perkiraan PDB 2011 dan besarnya utang pemerintah yang mencapai 15,6 triliun dollar AS atau sekitar 90 persen dari PDB. Krisis fiskal membuat AS kehilangan peringkat tertingginya AAA selama 70 tahun menjadi AA+ pada 3 Agustus 2011 lalu. Dalam perkembangan belakangan ini ekonomi AS mulai menunjukkan perbaikan terutama dengan semakin membaiknya keyakinan konsumen dan turunnya tingkat penggangguran menjadi 8,5 persen pada Desember 2011. Harapan juga muncul dari UE seiring dengan semangat untuk melakukan konsolidasi fiskal disertai injeksi likuiditas dalam bentuk pinjaman dari Bank Sentral Eropa (ECB) kepada perbankan di UE dengan bunga hanya 1 persen dan tenor 3 tahun. ECB dikabarkan masih akan menambah jumlah pinjaman tersebut hingga mencapai 1 triliun euro. Tambahan likuiditas dalam jumlah yang cukup masif ini juga memberi peluang mengalirnya dana UE tersebut ke emerging market Asia, termasuk ke Indonesia. Apalagi disaat yang sama, kondisi ekonomi Indonesia mempunyai kekuatan pasar domestik yang disertai dengan peningkatan daya beli masyarakat. Struktur demografi Indonesia menjadi daya dukung pasar domestik terrsebut. Jumlah penduduk dengan kategori kelas menengah - menurut Bank Dunia adalah penduduk dengan pengeluaran antara 2 dan 20 dollar AS per hari - meningkat sebanyak 50 juta antara tahun 2003-2010. Selain dukungan demografi, kinerja makro Indonesia tercatat solid menguat. Ketika pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan hingga negatif (resesi), bersama Cina dan India - ekonomi Indonesia tumbuh positif. Pertumbuhan ekonomi semakin solid di tahun 2010 yang mencapai 5,9 persen yoy, dan 6,5 persen yoy pada tahun 2011. Disaat yang sama, angka inflasi turun, cadangan devisa terus bertambah menembus diatas 100 miliar dollar AS. Selain itu, ekonomi Indonesia juga didukung oleh sistem keuangan yang relatif stabil. Indeks stabilitas keuangan tercatat semakin rendah. Hasil perhitungan BI mencatat indeks stabilisasi sebesar 1,68 pada Oktober 2011, turun dari 2,43 pada krisis 2008. Di pasar keuangan, Indonesia berpotensi menjadi primadona investasi tahun 2012, terlebih lagi Fitch pada 15 Desember 2011 lalu menetapkan Indonesia masuk dalam kategori peringkat investasi. Tantangan ekonomi Indonesia di tahun 2012 justru berasal dari sektor riil didalam negeri. Pasar domestik yang kuat bisa menjadi relokasi pasar domestik sementara waktu. Tentunya pasar domestik Indonesia juga menjadi incaran pasar impor terutama dari negara-negara Asia akibat mitra dagang mereka di UE melemah. Akses ke perbankan yang tidak cukup mudah disertai bunga kredit yang mahal, biaya logistik yang tinggi karena terbatasnya konektivitas dan tentu saja infrastruktur yang tidak memadai dan masalah akut korupsi. Pada saat yang sama pemerintah mulai 1 April mendatang akan menaikkan tarif dasar listrik (TDL) rata-rata sebesar 10 persen dan akan melarang mobil plat hitam menggunakan premium subsidi. Menurut pemerintah, kedua komponen tersebut diperkirakan akan menambah inflasi sebesar 0,8 persen. Namun kami perkirakan dampak totalnya memberikan tambahan inflasi hingga 2 persen. Ekspektasi kenaikan inflasi ini akan membuat ekspektasi kenaikan suku bunga. Faktor-faktor tersebut membuat daya saing produk domestik kalah dibandingkan produk impor terutama untuk barang konsumsi. C. PEMBINAAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Dari sisi fiskal dan moneter, Indonesia dinilai telah melakukan koordinasi dengan cukup baik. Namun, perlunya perbaikan serapan anggaran dan efisiensi fiskal terutama yang terkait dengan proyek infrastruktur. Berbagai strategi untuk menghadapi tantangan krisis ekonomi dunia, dalam hal perdagangan misalnya perlu reorientasi dan perluasan pasar ekspor ke Cina, Asia, dan pasar domestik sebagai antisipasi dampak penurunan kinerja ekspor Indonesia. Langkah lainnya pemerintah perlu melakukan percepatan pembahasan Undang-undang jaring pengaman sistem keuangan yang penting sebagai instrumen antisipasi krisis global. Untuk menyerap masuknya modal jangka pendek, perlu melaksanakan IPO dan penyediaan instrumen investasi jangka panjang. Ke depan, pemerintah juga perlu mengatasi suku bunga bank yang terhitung masih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Caranya melalui regulasi Bank Indonesia, menurunkan spread antara suku bunga kredit dengan deposito. Permasalahan struktural, lanjutnya, yang perlu dibenahi yakni subsidi energi BBM yang terlalu besar yang dalam dua tahun terakhir dan listrik hingga mencapai Rp390 triliun. Bahkan diperkirakan pengeluaran subsidi energi meningkat tajam dari Rp170 triliun pada APBN 2012 menjadi Rp185 triliun. Permasalahan lain, yakni mengenai produksi pangan yang belum mencukupi permintaan dan manajemen distribusi pangan yang buruk. Hal ini patut diwaspadai mengingat sumbangan komoditas beras yang besar terhadap pembentukan inflasi di Indonesia. Solusinya perlu menyediakan cadangan beras pemerintah sebesar 1,5-2 juta ton per tahun dengan anggaran APBN. Akankah produk Indonesia bisa bersaing di pasar sendiri ditengah kemungkinan gempuran produk-produk impor yang lebih murah ditengah kendala yang ada? Kuncinya adalah kredibilitas pemerintah. Rencana pemerintah membangun berbagai proyek infrastuktur harus terealisasi dan pemerintah perlu melakukan terobosan kebijakan dalam jangka pendek. Saatnya pemerintah juga agresif disisi fiskal, memastikan serapan anggaran yang maksimal sehingga peran pemerintah mendorong pertumbuhan yang bisa mengkompensasi kemungkinan perlambatan dorongan ekonomi dari penerimaan ekspor. Intinya adalah bagaimana membuat pasar domestik menjadi kekuatan ekonomi Indonesia ditengah berbagai risiko global saat ini. PENUTUP Kesimpulan Kita melihat secara makro indikator ekonomi Indonesia memang cukup bagus,  tetapi juga mudah dilihat berbagai kejanggalannya. Seperti banyak pasar tradisional yang memprihatinkan, dan banyak yang terbakar. Namun di sisi lain  pasar modern dari minimarket, supermarket, hingga hypermarket, tumbuh pesat hingga ke tingkat kabupaten, bahkan pelosok desa. Kehadiran mereka memukul sektor usaha mikro, kecil dan menengah. Kondisi sektor pertanian yang dulu pernah jadi unggulan ekonomi di masyarakat, sekarang sangat memprihatinkan. Walau katanya produksi beras surplus, faktanya impor terus berjalan. Garam, gula dan komoditas strategis lainnya yang dulunya swasembada, atau malah bisa mengekspor, sekarang hampir semuanya harus impor. Dikhawatirkan masa depan kejayaan sektor pertanian hanyalah cerita masa lalu, yang lambat laun bisa menghilang dari bumi Indonesia. Kemandirian ekonomi Indonesia idealnya dapat tercapai  di tengah sumber daya alam, mineral, dan hasil tambang begitu melimpah. Ada sebagian pihak mengatakan kualitas SDM kita masih rendah, tetapi faktanya banyak orang Indonesia yang cerdik dan pandai. Hanya persoalannya, kita tidak memperlakukan mereka sebagaimana mestinya sehingga banyak yang mencari kerja di luar negeri. Mereka memilih bekerja di luar negeri karena di sana lebih menghargai orang yang berkualitas dengan kompetensi tertentu. Banyak pakar asing menilai kalau Indonesia dikelola secara benar bisa menjadi negara besar dengan kesejahteraan rakyat yang tinggi dan merata. Saran Saatnya pemerintah juga agresif disisi fiskal, memastikan serapan anggaran yang maksimal sehingga peran pemerintah mendorong pertumbuhan yang bisa mengkompensasi kemungkinan perlambatan dorongan ekonomi dari penerimaan ekspor. Selain itu, perlu reorientasi dan perluasan pasar ekspor ke Cina, Asia, dan pasar domestik sebagai antisipasi dampak penurunan kinerja ekspor Indonesia. Langkah lainnya pemerintah perlu melakukan percepatan pembahasan Undang-undang jaring pengaman sistem keuangan yang penting sebagai instrumen antisipasi krisis global. DAFTAR PUSTAKA http://www.gema-nurani.com/2012/01/perekonomian-indonesia-2012/ http://www.neraca.co.id/2012/04/04/demokrasi-ekonomi-ala-indonesia/

0 komentar:

Posting Komentar